Oase Pembelajar


Menerapkan Kedisiplinan ?
March 19, 2008, 8:28 am
Filed under: Pembelajaran

Tanaman, ketika Alloh menciptakannya dibekali dia dengan potensi tumbuh, bertahan hidup dan berkembangbiak. Hanya kemudian, kita sebagai pemilik tanaman itu berkewajiban merawat ,memelihara, menjaga dan mengolah tanah tempat tumbuhnya sehingga tanaman dapat tumbuh dengan maksimal. Begitu juga dengan manusia.  Anak-anak kita adalah anugerah/titipan dari Alloh SWT yang sudah dari ”sononya” (sunnatulloh) pasti tumbuh dan berkembang bail secara kognitif/aqliyah, afektif/ruhiyah maupun psikomotor/jasadiyah.              Bagi kami sekolah merupakan wahana belajar, bermain, mencari, berkreasi, aktualisasi diri dan mengkonstruksi pemahaman. Hal-hal tersebut dapat maksimal dilakukan Ananda (murid) jika lingkungan (sekolah & keluarga) disetting sedemikian rupa sehingga mendukung itu semua. Bagaimana jadinya, jika lingkungan yang dihadapi ananda setiap hari adalah suatu lingkungan penuh aturan dan larangan-larangan yang secara terus menerus tersimpan di subconscious /alam bawah sadar mereka. Masya..Alloh dunia seakan sempit, tidak bebas dan penuh dengan batasan. Berbeda 180 derajad dengan alamnya anak-anak yang seharusnya tanpa beban, ekspresif, bebas dan menyenangkan.             Pendidikan disiplin merupakan suatu proses bimbingan yang bertujuan menanamkan pola perilaku tertentu, kebiasaan-kebiasaan dan mewujudkan anak-anak menampilkan ciri-ciri dan karakter tertentu. Setiap orangtua pasti berusaha untuk mengajarkan disiplin kepada anak-anaknya, dengan menanamkan perilaku yang dianggap baik dan menghindari perilaku yang dianggap tidak baik. Hal ini memang akan lebih mudah dilakukan jika anak sebagai seorang individu mematuhi kemauan orang tuanya. Namun demikian, tujuan utama dari disiplin bukanlah  hanya sekedar menuruti perintah atau aturan saja. Patuh terhadap perintah dan aturan merupakan bentuk disiplin jangka pendek. Sedangkan tujuan pendidikan disiplin adalah agar setiap individu memiliki disiplin jangka panjang, yaitu disiplin yang tidak hanya didasarkan pada kepatuhan terhadap aturan atau perintah, tetapi lebih kepada pengembangan kemampuan untuk mendisiplinkan diri sendiri/mengatur dirinya sendiri.             Penerapan kedisiplinan sedapat mungkin dilakukan tidak dengan cara otoriter, tetapi juga tidak terlalu membebaskan (permisif). Cara yang tepat dalam pendidikan disiplin adalah fleksibel, tetapi bila perlu tegas. Disiplin yang keras seperti memberi hukuman fisik, dapat menimbulkan anak menjadi seorang penakut,  tidak ramah dengan orang lain,  dan membenci orang yang memberi hukuman, kehilangan spontanitas serta inisiatif bahkan ada pula yang pada akhirnya melampiaskan kemarahannya pada orang lain. Dibutuhkan sebuah proses komunikasi yang intens dan membangun dalam menerapkan kedisiplinan. Aturan kita pahamkan kepada Ananda  sebagai sebuah hal yang harus dilakukan, yang memang secara sadar mereka tahu manfaat dan kerugian dari penerapan aturan itu. Sehingga manfaat mentaati peraturan/berperilaku disiplin di bangun dari sebuah kesadaran anak-anak kita, bukan dari perspektif/sudut pandang orang tua saja. Mereka secara sadar mentaati peraturan dan akan dengan sendirinya menampilkan ciri/karakter yang baik.             Keteladanan dan berkelanjutan merupakan media yang ampuh untuk memupuk kedisiplinan. Anak lebih memperhatikan perbuatan yang kita lakukan daripada sekedar himbauan/suruhan. Nilai-nilai kedisiplinan, tidak  hanya ditekankan pada waktu anak membuat perilaku yang tidak diinginkan atau pada waktu anak gagal mencapai harapan tertentu. Perilaku-perilaku yang diinginkanpun perlu mendapatkan pengakuan, persetujuan atau penghargaan. Disiplin lebih pada pendidikan di ranah pembentukan karakter. Perlu proses, kesabaran dan doa yang terus menerus.             Dan orang-orang berkata : Ya Tuhan kami, anugerahkanlah kepada kami istri-istri kami dan keturuna kami (anak) sebagai penyenang hati dan jadikanlah kami imam bagi orang-orang yang bertakwa (Al Furqon : 74). Waallohu a’lam bishowab.   



HANYA 3 HARI SAJA
March 18, 2008, 9:17 am
Filed under: Motivasi

Yang pertama: Hari kemarin.Kita tak bisa mengubah apa pun yang telah terjadi.Kita tak bisa menarik perkataan yang telah terucapkan.Kita tak mungkin lagi menghapus kesalahan dan mengulangi kegembiraanyang anda rasakan kemarin.Biarkan hari kemarin lewat; lepaskan saja… 

Yang kedua: Hari esok.Hingga mentari esok hari terbit, Kita tak tahu apa yang akan terjadi.Kita tak bisa melakukan apa-apa esok hari.Kita tak mungkin sedih atau ceria di esok hari.Esok hari belum tiba; biarkan saja… 

Yang ketiga: Hari ini. Pintu masa lalu telah tertutup,Pintu masa depan pun belum tiba.Pusatkan saja diri kita untuk hari ini.Kita dapat mengerjakan lebih banyak hal hari ini bila kita mampu memaafkan hari kemarin dan melepaskan ketakutan akan esok hari. Hiduplah hari ini. Karena, masa lalu dan masa depan hanyalah permainan pikiran yang rumit. Hiduplah apa adanya. Karena yang ada hanyalah hari ini, hari ini yang abadi. 

Perlakukan setiap orang dengan kebaikan hati dan rasa hormat,meski mereka berlaku buruk pada kita. Cintailah seseorang sepenuh hati hari ini,karena mungkin besok cerita sudah berganti atau berakhir. Ingatlah bahwa kita menunjukkan penghargaan pada orang lain bukan karena siapa mereka, tetapi karena siapakah diri kita sendiriJangan biarkan masa lalu mengekang atau masa depan membuat bingung,lakukan yang terbaik HARI INI dan lakukan sekarang juga